Laporan Pembacaan Karya Sastra



LAPORAN PEMBACAAN KARYA SASTRA
SEBAGAI BAHAN PENILAIAN MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
GURU MATA PELAJARAN : KURNIATI









Disusun :
GRADISKA OKTAVIYANTI YS
XI IPA 1

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANGKA
SMA N 1 PEMALI
DESEMBER 2013




BUKU I

Judul                  : 5 cm
Penulis               : Donny Dhirgantoro
Penerbit             : PT. Grasindo
Tahun Terbit      : 2007
Tebal Halaman   : 381 halaman
Sinopsis             :
              
Buku ini menceritakan tentang 5 orang sahabat yang sangat akrab; Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta. Mereka memiliki obsesi dan impian masing-masing. Setelah bersahabat selama 7tahun, terbesit ide untuk tidak saling berkomunikasi dan bertemu dalam 3 bulan. Ide tersebut disetujui oleh kelima sahabat tersebut. Selama tiga bulan berpisah itulah terjadi banyak hal yang membuat hati mereka lebih kaya dari sebelumnya. Arial yang jatuh cinta sama temen fitnessnya, Riani yang sukses di tempat kerjanya, Ian yang akhirnya berhasil menyelesaikan skripsinya, Genta yang sukses sebagai EO sebuah pameran dan Zafran yang semakin tergila-gila sama Arinda, adik kembar Arial.
               Pertemuan setelah tiga bulan yang penuh dengan rasa kangen akhirnya terjadi dan dirayakan dengan sebuah perjalanan. Sebuah perjalanan yang penuh dengan keyakinan, mimpi, cita-cita, dan cinta. Mendaki puncak tertinggi di Pulau Jawa, “Mahameru”. Di sepanjang perjalanan menuju Puncak Mahameru, banyak sekali hal-hal yang menakjubkan yang membuat mereka mengerti akan arti hidup. Tolong menolong, sosialisasi, toleransi dan sebagainya.
   ”…Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kamu. Dan…setelah itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas. Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang akan selalu berdoa…percaya pada 5 centimeter di depan kening kamu.”
Buku ini sangat menarik, mudah dimengerti dan cocok untuk dibaca oleh semua kalangan baik itu anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Buku ini juga memberi pesan moral untuk kita para pembaca untuk terus mengejar impian kita hingga menjadi kenyataan.
Namun, dalam buku ini juga terdapat beberapa kekurangan seperti akhir cerita yang menggantung dan memaksakan untuk pembentukan diantara mereka yang mulanya bersahabat. Serta pemberian nama anak yang sama dengan nama sahabat mereka dan mewarisi sifat yang sama sehingga sedikit membingungkan.
                                                                         

















BUKU II


Judul               : Laskar Pelangi
Penulis             : Andrea Hirata
Penerbit           : Bentang
Tahun Terbit    : 2007
Tebal Halaman: 381 halaman
Sinopsis           :
           
Buku ini merupakan buku pertama dari tetralogi Laskar Pelangi yang ditulis oleh anak belitong, Andrea Hirata. Buku ini mengisahkan kisah hidup Ikal, nama kecil Andrea beserta teman-temannya yang berawal dari sekolah Muhammadiyah yang terancam dibubarkan karena tidak memenuhi kuota yang ditetapkan yaitu 10 murid. Saat itu, hanya terdapat 9 orang murid dan didampingi oleh orangtua masing-masing. Namun, saat Pak Harfan sang kepala sekolah hendak menyampaikan pidato penutupan sekolah, datang Harun bersama ibunya yang membuat sekolah batal ditutup dan resmi menerima 10 murid.
            Cerita mereka dimulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah.
            Filicium adalah pohon yang menjadi saksi seluruh drama kehidupan Laskar Pelangi. Pohon itu menaungi sekolah mereka yang hampir roboh. Pohon itu menjadi markas setiap pertemuan mereka: membicarakan soal-soal di sekolah, merancang karya untuk festival 17 Agustus, atau tempat Lintang memberi kuliah tentang ilmu fisika. Pohon itu pulalah yang menjadi saksi kerinduan Ikal pada gadis manis keturunan cina, anak pemillik toko Sinar Harapan, A Ling.
            Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksanya untuk putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya.
            Buku ini wajib dibaca oleh semua kalangan, khususnya para generasi muda agar tersulut semangatnya untuk mengejar cita-cita. Buku ini ditulis dengan tidak berbelit-belit sehingga dapat dimengerti jalannya cerita.
            Buku ini juga terdapat kelemahan yakni pada akhir cerita yang menggantung dan tidak berkesinambungan dengan buku selanjutnya. Selain itu terdapat bahasa daerah yakni bahasa Belitung yang mungkin membingungkan pembaca.
















BUKU III
Judul               : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Penulis             : Tere Liye
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit    : 2010
Tebal Halaman: 264 halaman
Sinopsis           :
           
Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun. Daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.”
            Buku ini bercerita tentang Tania dan adiknya Dede yang masa lalunya adalah seorang pengamen jalanan. Mereka tinggal bersama ibunya disebuah rumah kardus. Namun di suatu malam, Tania dan Dede mengalami musibah yakni kaki Tania tertusuk paku karena tidak memakai alas kaki. Kemudian, ada seorang malaikat yang hingga mereka dewasa akan terus menolong mereka, dia adalah Danar.
            Sejak saat itu, Danar mengubah kehidupan Tania dan keluarganya menjadi lebih baik. Danar memberikan tempat tinggal yang layak, menyekolahkan Tania dan Dede, dan bahkan menganggap mereka sebagai keluarganya. . Namun seiring berjalannya waktu, Tania jatuh cinta pada Danar, seorang pria dewasa yang berbeda 14 tahun darinya. Itulah sebabnya dia berusaha keras untuk menjadi wanita yang cantik dan cerdas agar bisa sepadan dengan malaikat keluarganya.
Pada saat kebahagiaan itu berlangsung, ibu Tania ternyata terkena kanker paru-paru stadium IV yang membuat ibu Tania meninggal. Tania diberi pesan terakhir oleh ibunya untuk tidak menangis dan selalu tabah, tegar, serta membanggakan.
Setelah kepergian ibunya, Tania berhasil menjadi anak yang berpretasi di Singapura atas beasiswa dari ASEAN Scholarship yang diberikan kepadanya. Pendidikannya dari SMP hingga kuliah dia laksanakan di Singapura dan dia memberikan prestasi yang memuaskan yaitu selalu menjadi peringkat pertama sejak SMA karena di SMP dia berada di posisi kedua.
Tania tak pernah tahu bagaimana perasaan Danar terhadapnya selama ini. Di satu sisi Tania berpikir bahwa mungkin Danar hanya menganggapnya sebagai adiknya, tapi di sisi lain Tania berharap Danar punya perasaan yang sama dengannya. Akan tetapi, semua berubah saat Tania mendengar kabar bahwa Danar akan menikah dengan seorang perempuan bernama Ratna. Hatinya hancur.
Setelah Danar mengetahui bahwa Tania membenci pernikahan tersebut, dia putuskan untuk merenungi perbuatan yang telah dia lakukan kepada Tania yang merupakan bagian penting dalam hidupnya. Keberhasilan Tania di pendidikan dan pekerjaan tidak diakhiri dengan percintaan yang baik hingga dia memutuskan untuk meneruskan kegiatannya di Singapura dan tidak pernah kembali.
Buku ini sangat menarik karena alur yang tidak bisa ditebak sehingga membuat pembaca penasaran untuk membaca hingga selesai. Buku ini juga bagus untuk remaja khususnya bahwa cinta itu tak mengenal batas usia, dan jangan pernah menyesal untuk jatuh cinta karena daun yang jatuh tak pernah membenci angin.





BUKU IV

Judul               : Edensor
Penulis             : Andrea Hirata
Penerbit           : Bentang Pustaka
Tahun Terbit    : 2007
Tebal Halaman: xii  290 halaman
Sinopsis           :

            Buku ini merupakan buku ketiga dari tetralogi Laskar pelangi. Buku ini mengisahkan tentang Ikal dan Arai yang memiliki mimpi dan berusaha untuk mewujudkannya. Ikal dan Arai adalah saudara, meskipun bukan saudara kandung. Arai diasuh oleh ibunya Ikal karena kedua orangtua Arai telah meninggal dunia. Mereka bertemu kembali ketika tes beasiswa di Jakarta dan bersama-sama kuliah di luar negeri. Universitas Sebonne Perancis menghantarkan mereka pada persahabatan dengan mahasiswa di belahan dunia. Disinilah mereka akan mengejar pendidikan S-2.
Keindahan benua eropa dan gemerlapnya dunia malam kota Paris memberikan daya tarik bagi siapapun yang melihatnya. Namun, tradisi dan etika backpacker Kanada sangat menarik perhatian Andrea bahkan lebih menarik dibadingkan Katya. Mahasiswi jerman yang telah menolak cinta banyak pemuda dan memilih Andrea menjadi kekasihnya. Meskipun pada akhirnya perbedaan makna tentang mencintai telah membawa mereka kembali pada jalinan pertemanan. Kerinduan Andrea pada A Ling, perempuan masa kecil yang sangat dicintainya telah menguakkan kembali ingatannya tentang Edensor. Sebuah desa khayalan pada sebuah novel pemberian A Ling, karya Herriot yang berjudul Seandainya Mereka Bisa Bicara.
Ikal selalu berusaha mencari orang yang dicintainya, A Ling.  Ikal dan Arai berencana melakukan perjelajahan sebagai backpecker melintasi 2 benua sekaligus benua Eropa dan benua Amerika. Kota demi kota dilalui menghadirkan beragam realita yang semakin memperjelas makna pencarian Andrea. Sekuat apapun upaya untuk menemukan sesuatu, dan pada titik akhir upaya tersebut masih belum berhasil sesungguhnya kita sedang dihadapkan pada berbagai realita tentang diri kita. Pencarian cinta pada sosok perempuan bernama A Ling telah memberikan pembelajaran tentang makna cinta sejatinya, yaitu diri sendiri. Keberanian untuk bermimpi telah menghantar kita pada satu realita yang mengajarkan kita arti kebahagiaan yang sesungguhnya.
Buku ini perlu dibaca karena Edensor, membawa kita pada perjalanan yang tidak hanya membawa kita pada tempat-tempat yang spektakuler, tidak hanya memberi kita tantangan ganas yang menghadapkan pada cinta putih, tetapi mampu membawa kita pada satu kesadaran kesejatian diri manusia. Toleransi, daya tahan dan integritas bukanlah hal yang dapat ditawar-tawar dalam keadaan apapun. Dibutuhkan semangat, kemauan dan daya juang tinggi untuk menghidupi setiap mimpi hingga mewujud dalam sebuah realita kehidupan. Membaca buku ini akan menambah pengetahuan kita dan memberikan kekuatan kapada kita agar dapat berjuang untuk mendapatkan segala sesuatu yang kita inginkan.








BUKU V

Judul               : Maryamah Karpov
Penulis             : Andrea Hirata
Penerbit           : Bentang Pustaka
Tahun Terbit    : 2008
Tebal Halaman: 504 halaman
Sinopsis           :

Buku ini merupakan novel terakhir dari tetralogi laskar pelangi.
“Jika dulu aku tak menegakkan sumpah untuk sekolah setinggi-tingginya demi martabat ayahku, aku dapat melihat diriku dengan terang sore ini: sedang berdiri dengan tubuh hitam kumal, yang kelihatan hanya mataku, memegang sekop menghadapi gunungan timah, mengumpulkan nafas, menghela tenaga, mencedokinya dari pukul delapan pagi sampai magrib, menggantikan tugas ayahku, yang dulu menggantikan tugas ayahnya. Aku menolak semua itu! Aku menolak perlakuan buruk nasib kepada ayahku dan kepada kaumku. Kini Tuhan telah memeluk mimpiku. Atas nama harkat kaumku, martabat ayahku, kurasakan dalam aliran darahku saat nasib membuktikan sifatnya yang hakiki bahwa ia akan memihak kepada para pemberani.”
Buku ini menceritakan tentang perjuangan ikal menyelesaikan studi di Universite de Sorbonne, Perancis. Kemudian Ikal kembali ke tanah kelahirannya, Belitong. Ia merindukan orangtuanya, Arai sepupunya, seluruh alam dan masyarakat Belitong, dan gadis impiannya A Ling.
Perjalanan dari Jakarta ke rumahnya di Belitong, dilalui Ikal dengan penuh perjuangan dan rasa letih. Tapi semua itu pudar karena ia begitu merindukan ayahnya. Lelaki pendiam itu sangat istemewa bagi Ikal. Bahkan, Ikal mempersiapkan penampilan terbaiknya untuk bertemu dengan ayahnya. Ikal mengenakan pakaian pelayan resotoran ketika bekerja di Perancis dulu. Ketika bertemu dengan ayah, ibunya dan Arai, rasa haru tak dapat terbendung lagi. Betapa Ikal sangat merindukan saat ini. Saat bertemu dengan orang-orang yang dicintainya.
Cerita dibuka dengan kehadiran seorang dokter gigi muda bernama Budi Ardiaz Tanuwijaya yang ternyata adalah seorang wanita. Ia memilih mengabdi di daerah terpencil daripada menerima tawaran ayahnya untuk menjadi direktur perusahaan di kota San Fransisco. Kedatangannya disambut meriah oleh warga. Namun, setelah membuka praktik berminggu-minggu, tak ada satupun warga Belitong yang datang ke kliniknya dengan alasan tidak boleh memasukkan tangan ke dalam mulut kecuali muhrim. Mereka lebih memilih ke rumah dukun gigi Lim Siong Put alias A Put yang mengobati sakit gigi dengan cara yang ajaib, tanpa perlu membuka tekak, bahkan tanpa perlu disentuh secuil pun oleh A Put. Berbagai cara dilakukan oleh Ketua Karmun (kepala kampung) agar masyarakat mau meninggalkan perdukunan dan mau berobat ke klinik gigi, tapi sayang masyarakat tetap keukeuh pada prinsip yang mereka pegang.
Dan Ikal tetap Ikal yang dulu, selalu mencari gadisnya A Ling. Ikal terus berusaha mencari jejak A Ling, hingga sampai dittemukan dua jenazah dengan tato yang mirip seperti yang dimiliki A Ling. Dua jenazah tersebut tewas karena berusaha melarikan diri dari Pulau Batuan yang merupakan sarang Lanun. Ikal berniat mencari A Ling di pulau tersebut. Hingga ia membuat perahu dengan dibantu oleh sahabat-sahabat Laskar Pelanginya.
“Dimana ada kemauan, disitu ada jalan.”
Ikal dan sahabat-sahabat telah berhasil membuat perahu dan dengan berbagai rintangan akhirnya sampai di Pulau Batuan serta berhasil membawa A Ling pulang ke Belitong. Mereka berencana untuk menikah. Namun, ayah Ikal tidak menyetujui Ikal menikah dengan A Ling.
Buku Maryamah Karpov adalah buku yang layak dibaca. Buku ini memberikan pesan kepada kita agar kita tidak takut untuk bermimpi. Penulis juga dapat menyampaikan deskripsi budaya Belitong dengan baik sehingga pembaca mendapat gambaran jelas tentang kebudayaan Belitong sesungguhnya.



 

Share:

0 comments