Ilmuan Temukan Gen Untuk Mengobati Rabun Jauh


Ilmuan Temukan Gen Utk mengobati Rabun Jauh
Jakarta, Karena terlalu banyak menonton televisi atau menatap monitor komputer selama berjam-jam, banyak anak yang mengalami rabun jauh dan harus mengenakan alat bantu penglihatan pada usia dini. Padahal jika dibiarkan kondisi ini dapat menyebabkan kebutaan.

Faktanya, rabun jauh juga bisa terjadi karena faktor keturunan sehingga mendorong peneliti untuk mencari tahu gen apa yang bertanggung jawab terhadap munculnya gangguan penglihatan yang satu ini.

Tiga tahun lalu, gen pertama yang menyebabkan rabun jauh sebenarnya telah ditemukan oleh seorang peneliti asal King's College London bernama Chris Hammond. Namun kini bersama sekelompok peneliti internasional lainnya, Hammond kembali berhasil menemukan lebih banyak gen penyebab rabun jauh setelah mengamati data genetik dari 45.000 orang dari seluruh penjuru dunia, termasuk Inggris.

Tim peneliti ini mengklaim berhasil mengidentifikasi 24 gen yang mengandung informasi tentang penyebab rabun jauh.

"Untuk pertama kalinya, studi ini mengungkap adanya sekelompok gen yang bertanggung jawab terhadap munculnya miopi atau rabun jauh dan dari situ kami mengetahui bahwa pembawa gen-gen tersebut berisiko mengalami rabun jauh hingga 10 kali lipat," tandas Profesor Hammond seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (12/2/2013).

Meski begitu, Profesor Hammond mengakui jika timnya masih memerlukan studi lanjutan untuk mengetahui apa yang dilakukan oleh gen-gen ini dan apa yang terjadi dengan penglihatan penderita rabun jauh.

Informasi ini diperlukan untuk menciptakan obat tetes mata atau obat-obatan jenis lain yang dapat menjauhkan anak-anak dari risiko rabun jauh, termasuk mengurangi beban keluarga untuk menanggulangi kondisi rabun jauh yang dialami anak-anaknya seperti membelikan lensa kontak atau menjalani operasi laser.

Sayangnya hal ini juga berarti bahwa obat-obatan yang digadang dapat mencegah rabun jauh, terutama pada anak-anak mungkin baru akan ada minimal dalam kurun waktu 15 tahun ke depan.

"Namun sekarang kami lebih memahami tentang pemicu genetik dari rabun jauh, dengan begitu kami dapat mulai mengeksplor berbagai cara untuk mencegah perkembangan kondisi ini," kata Profesor Hammond.

Lagipula karena ditujukan untuk anak-anak maka obat-obatan yang akan mereka ciptakan harus terbukti tidak memperlambat atau mempengaruhi pertumbuhan anak secara menyeluruh, namun tetap dapat menghentikan pertumbuhan bola mata yang berlebihan seperti halnya yang terjadi pada penderita rabun jauh.

Kendati begitu, peneliti tak memungkiri bahwa gen bukanlah semata-mata faktor di balik munculnya gangguan rabun jauh pada anak-anak. Gaya hidup anak juga memainkan peranan penting, terutama karena terlalu banyak menghabiskan waktu di depan layar kaca atau komputer serta kurangnya paparan sinar matahari.

Studi yang dilakukan Profesor Hammond dan rekan-rekannya secara detail telah ditampilkan dalam jurnal Nature Genetics.



(vit/vit)

Tags:

Share:

0 comments